Saturday, May 25, 2013
Pagi ini tak
seperti pagi – pagi di hari Sabtu biasanya. Aku sudah prepare untuk
perlengkapan perjalananku kali ini. Tak banyak memang, hanya camera SONY ,
dompet, sebotol air mineral, dan payung. Gak ngerti juga kenapa aku hampir selalu
membawa benda penahan air ini saat berpergian, entah itu musim hujan atau musim
panas. Setelah siap aku langsung cap cus ke terminal Arjosari. Aku sampai
terlebih dulu, 15 menit kemudian Yepe, temanku datang. Tanpa basa basi kami pun
langsung naik bis jurusan Blitar, daaaaaannn kami berdiri sodara – sodara,
haha.
“Makam Bung Karno
Pak..” jawabku sedikit gugup karena masih belum percaya bahwa aku telah sampai
di kota kelahiran Presiden pertama Indonesia. “Sek enten ono sedelo, mengko
angkot e teko (Tunggu saja sebentar, habis ini angkotnya datang) ”
Sembari kami
menunggu angkot, kami mengisi perut yang sedari pagi belum terisi. Langsung
saja pilihan kami jatuh pada nasi pecel Blitar + es teh. Bagiku pecel ini punya
khasnya sendiri, bumbu encer, kecambah mini, kecipir, dan tempe. Beda sama
pecel Malang, xixi.
Setengah jam kami
menunggu, angkotnya pun datang, kami pikir langsung berangkat tetapi tidak.
Kami dipaksa menunggu 45 menit lagi, istilah kerennya ‘ngetem’. Perjalanan dari
terminal – makam memakan 15 menit. Daann…. taadaaa, kami sampai di area makam
Bung Karno.
Ya, sekarang aku
berada di kota Blitar, kota yg dulu pernah dijanjikan oleh seorang teman padaku.
…Nanti ke Blitar ayo, naik kereta, kamu
belum pernah naik kereta kan.? Terus kita ke makam Bung Karno.. Aku pengen
kesana.. Aku hanya tersenyum kecut karena itu hanya kata tempo hari.
Lalu aku menuju
pendopo utama dimana makam Bung Karno berada. Sudah banyak peziarah lainnya
disana. Langsung saja aku ‘ngikut’ mereka. Aku duduk bersimpuh dekat pusaranya,
berdoa, dan seketika itu pula bulu kuduk ini berdiri tak tahu alasannya. Dada
ini sesak membayangkan betapa berartinya perjuangan Beliau untuk Indonesia.
Perpustakaan Bung
Karno, museum Bung Karno, juga pasar oleh-oleh tak luput kami jelajahi. Tak lupa beli oleh-oleh buat keluarga
tercinta dan go home. Jalaaaan sajaaaa sudah, be walker.!!
Aku teringat lagu
“Blitar.. Kutho cilik sing kawentar.. Edi peni Gunung Kelud sing ngayomi..” Benar
saja kota yang termasuk kecil ini memang tenang, bersih, dan orangnya ramah loh,
hehe. Kotanya tertata rapi, sejuk, pokoknya suasana baru deh buat aku. Hanya
saja kota ini cuma ramai ditempat-tempat tertentu, seperti Makam Bung Karno dan
Candi Penataran. Susah banget dapet angkot buat balik ke terminal. Cari masjid
dan tempat makan pun juga susah. Hmm, susah nih buat walkers seperti kami.
Kami bertanya
pada seorang Bapak penjual cilok dimana kami bisa naik bis jurusan Malang.
Setelah berjalan kurang lebih 3km, kami sampai di halte bis. Pulangnya kami
naik bis Bagong dan berpisah diterminal Gadang.
Oh God,
bener-bener hal yang baru banget. Buat kalian yang pengen melancong ke Blitar,
aku saranin bawa motor sih biar lebih enak kemana-mana. Tapi kalo mau kayak aku
juga gpp, gak masalah, makin asyik kok.!! Selamat mencoba yah..
0 comments:
Post a Comment