29 May 2013

BLITAR - Kutho cilik sing kawentar..


Saturday, May 25, 2013
Pagi ini tak seperti pagi – pagi di hari Sabtu biasanya. Aku sudah prepare untuk perlengkapan perjalananku kali ini. Tak banyak memang, hanya camera SONY , dompet, sebotol air mineral, dan payung. Gak ngerti juga kenapa aku hampir selalu membawa benda penahan air ini saat berpergian, entah itu musim hujan atau musim panas. Setelah siap aku langsung cap cus ke terminal Arjosari. Aku sampai terlebih dulu, 15 menit kemudian Yepe, temanku datang. Tanpa basa basi kami pun langsung naik bis jurusan Blitar, daaaaaannn kami berdiri sodara – sodara, haha.



2,5 jam kemudian kami menginjakkan kaki di terminal tujuan. “Arep nyandi toh? Mengko tak arah ne (Mau kemana? Nanti saya arahkan)” tanya bapak penjaga peron itu ketika kami membaca peta transportasi terminal itu. 
“Makam Bung Karno Pak..” jawabku sedikit gugup karena masih belum percaya bahwa aku telah sampai di kota kelahiran Presiden pertama Indonesia. “Sek enten ono sedelo, mengko angkot e teko (Tunggu saja sebentar, habis ini angkotnya datang) ” 
Sembari kami menunggu angkot, kami mengisi perut yang sedari pagi belum terisi. Langsung saja pilihan kami jatuh pada nasi pecel Blitar + es teh. Bagiku pecel ini punya khasnya sendiri, bumbu encer, kecambah mini, kecipir, dan tempe. Beda sama pecel Malang, xixi.
Setengah jam kami menunggu, angkotnya pun datang, kami pikir langsung berangkat tetapi tidak. Kami dipaksa menunggu 45 menit lagi, istilah kerennya ‘ngetem’. Perjalanan dari terminal – makam memakan 15 menit. Daann…. taadaaa, kami sampai di area makam Bung Karno.


Ya, sekarang aku berada di kota Blitar, kota yg dulu pernah dijanjikan oleh seorang teman padaku. …Nanti ke Blitar ayo, naik kereta, kamu belum pernah naik kereta kan.? Terus kita ke makam Bung Karno.. Aku pengen kesana.. Aku hanya tersenyum kecut karena itu hanya kata tempo hari.
Tau sendiri kan kebiasaan anak muda sekarang, kalo gak foto itu gak afdhol. Ceprat cepret… Cekrak cekrik..


Lalu aku menuju pendopo utama dimana makam Bung Karno berada. Sudah banyak peziarah lainnya disana. Langsung saja aku ‘ngikut’ mereka. Aku duduk bersimpuh dekat pusaranya, berdoa, dan seketika itu pula bulu kuduk ini berdiri tak tahu alasannya. Dada ini sesak membayangkan betapa berartinya perjuangan Beliau untuk Indonesia.
Perpustakaan Bung Karno, museum Bung Karno, juga pasar oleh-oleh tak luput kami jelajahi.  Tak lupa beli oleh-oleh buat keluarga tercinta dan go home. Jalaaaan sajaaaa sudah, be walker.!!


Aku teringat lagu “Blitar.. Kutho cilik sing kawentar.. Edi peni Gunung Kelud sing ngayomi..” Benar saja kota yang termasuk kecil ini memang tenang, bersih, dan orangnya ramah loh, hehe. Kotanya tertata rapi, sejuk, pokoknya suasana baru deh buat aku. Hanya saja kota ini cuma ramai ditempat-tempat tertentu, seperti Makam Bung Karno dan Candi Penataran. Susah banget dapet angkot buat balik ke terminal. Cari masjid dan tempat makan pun juga susah. Hmm, susah nih buat walkers seperti kami.


Kami bertanya pada seorang Bapak penjual cilok dimana kami bisa naik bis jurusan Malang. Setelah berjalan kurang lebih 3km, kami sampai di halte bis. Pulangnya kami naik bis Bagong dan berpisah diterminal Gadang.
Oh God, bener-bener hal yang baru banget. Buat kalian yang pengen melancong ke Blitar, aku saranin bawa motor sih biar lebih enak kemana-mana. Tapi kalo mau kayak aku juga gpp, gak masalah, makin asyik kok.!! Selamat mencoba yah..

0 comments:

Post a Comment