Hai Walkers! Welcome June!
Hai hai, lama banget gak corat coret disini. Bener - bener mager tingkat Poseidon! Kali ini aku mau share cerita pertama kali tau kalau aku hamil. MasyaAllah, sampai detik ini pun rasanya kayak mimpi 😇
MARET 2019
Meski sudah memasuki due date menstruation, haid tak kunjung tiba, padahal biasanya teratur. Aku sih santai saja, aku hanya berasumsi bahwa haid terlambat karena aku stres, kecapekan atau lainnya.
Seminggu berlalu, haid belum datang, hanya tanda-tanda PMS yang membuat semakin moody. Terbesit pikiran "Apa aku hamil?" tapi buru-buru ku tepis pemikiran itu. Bagaimana tidak, lebih dari 5 kali testpack hasilnya negatif! Btw, aku dan suami LDM ya, jadi suami gak bisa sering pulang.
Awal bulan ini memang suami menyempatkan pulang tapi aku nggak mau berharap lebih. Aku sudah ikhlas kalau memang Allah belum mempercayakan momongan di 9 bulan pernikahan kami. Mau dikasih kapan aja boleh, yang penting kami selalu berusaha semaksimal mungkin.
PERTAMA TAU HAMIL
Seminggu berlalu tapi si merah belum muncul. Aku gelisah banget dan itu nggak nyaman banget gaes, hari Rabu malam aku ke Apotek membeli testpack. Semalaman perang batin, tes-enggak-tes-enggak. Subuh di hari Kamis aku pakai si testpack ini. Kalaupun hasilnya negatif, setidaknya hati ini lega. Karena ini testpack seharga Rp 3.000,- (merk One Med) jadi hasilnya gak bisa muncul secepat kilat. Aku tinggal sholat Subuh dulu. Selesai sholat dengan sedikit rasa ogah-ogahan (takut negatif lagi) aku lihat hasilnya : POSITIF! DUA GARIS TERANG!
Langsung gemetar dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Ya Allah bener enggak nih?
Ini gak bohong kan?
Testpacknya gak salah kan?
Aku cubit pipi. Aku mengedipkan mata berkali-kali, takut kalau halusinasi. Gak percaya. Aku berniat membeli testpack baru. Waktu itu masih menunjukkan jam 04.30 WIB. Glibak glibek dikamar sambil elus-elus perut nunggu Apotek buka.
Skip cerita, akhirnya baru sekitar jam 1 siang aku membeli testpack lagi. Sampai rumah langsung cek dan hasilnya sama : DUA GARIS yang berarti HAMIL!
Aku belum berani menceritakan berita ini kepada siapapun, termasuk suami. Aku mau periksa ke dokter dulu. Aku ingin memastikan bahwa aku memang benar-benar hamil (read : aku masih belum percaya 100%).
Skip cerita hari Jum'at-Minggu banyak acara. Rasanya lamaaaaa banget - haha - Senin pagi aku sudah mendaftarkan diri di RS Siti Miriam dengan dr. Raditya Perdhana, Sp.OG. Dapat antrian nomor 3.
Kenapa pilih dokter?
Banyak manfaatnya, yaitu:
- 1. Bisa langsung USG : jadi gak perlu menebak-nebak lagi apa sudah ada cikal bakal janin di rahimku atau belum.
- 2. Bisa langsung mengetahui letak calon janin apakah memang benar di rahimku atau diluar rahim (naudzubillah).
Jam 4 sore, aku sudah di RS untuk konfirmasi, padahal praktik baru dimulai jam 4.30 sore 😁 Sampai akhirnya seorang perawat memanggil namaku, 'Ibu Sonya Wahyu'.
Cerita ini itu ke dokter, lalu...
'Mari periksa dulu, Bu'
Dokter mulai menempelkan alat USG ke perutku. Geser kanan, geser kiri. Sampai dokter berhenti di satu sisi,
'Nah ini ya, Bu'
'Iya Dok?' aku cuma bilang ini, karena aku hanya melihat layar hitam putih dengan titik hitam di kiri layar. Masih bingung.
Dokternya ketawa, suka bercanda nih Dokter, lalu menjelaskan bla bla bla dan terakhir mengatakan : SELAMAT YA BU, POSITIF HAMIL. Pingin nangis aku tuh 😣 tapi aku malu gaeeess.
Sampai rumah aku langsung bilang ke Ibu dan Mbah Uti, kebetulan pas aku pulang dari RS, Beliau berdua dan adik-adikku pada ngumpul di ruang tamu. Alhamdulillah, mereka menyambut bahagia kabar ini.
REAKSI SUAMI
Gak lama setelah itu, aku langsung Video Call Mas Bojo.
'Gimana tadi periksanya?' Mas Bojo ini bener-bener pengen tahu hasilnya, karena sebelum aku tahu aku hamil, aku mengeluh keputihan.
'Alhamdulillah Yunk, sehat kok. Dua-duanya sehat.'
'Loh loh maksudnya gimana dua-duanya?' dengan ekspresi wajah bingung, penasaran, Mas Bojo langsung nyambung dengan kata : dua-duanya.
Aku bener-bener gak bisa lagi nahan untuk bilang 'AKU HAMIL'
Wajah Mas Bojo sejenak terdiam, tersenyum. Kami terlarut dalam suasana, kami terharu, seketika itu kami menangis.
Ya Allah, semoga janin ini adalah rejeki kami. Ijinkan ia tumbuh berkembang di rahim hamba dengan sempurna hingga ia lahir sempurna tidak kurang satu apapun dan tumbuh jadi anak yang sholeh dan sholelah, Amin.
.