10 February 2017

Hai, Walkers! A few days ago I watched a SOLO, SOLITUDE film (Istirahatlah Kata-Kata). Film yg terinspirasi dari penyair untuk demokrasi, Wiji Thukul, yg hingga kini tidak diketahui keberadaannya, entah masih hidup atau sudah mati.


SINOPSIS - Rezim Suharto berkuasa di Indonesia selama lebih dari 30 tahun dan terus-terusan membunuh tumbuhnya demokrasi. Wiji Thukul, penyair yang kata-katanya sering diteriakkan dengan bangga oleh demonstran dalam protes-protes politik, sangat kritis terhadap rezim Suharto dan tak gentar menyuarakan pikirannya. Saat kerusuhan terjadi tahun 1996 di Jakarta, ia dan beberapa aktivis lain dianggap bertanggung jawab. Wiji Thukul terpaksa melarikan diri ke Pontianak, Kalimantan, dan hidup dalam persembunyian selama delapan bulan, kadang-kadang dengan orang yang sama sekali tak ia kenal.  Di sana, ia harus mengubah identitasnya beberapa kali, tetapi tetap aktif menulis puisi dan cerita pendek dengan nama pena. Sementara itu, di Solo, Jawa Tengah, istrinya, Sipon, hidup dengan dua anak mereka di bawah pengawasan ketat. Bulan Mei 1998, ketika Suharto dipaksa lengser oleh rakyat, Wiji Thukul dinyatakan hilang.

Sebelum tayang di Indonesia, film ini sudah melanglang buana di internasional. Seperti mengikiti festival film di Concorso Cineasti del presente, Locarno International Film Festival, Swiss, 3-13 Agustus 2016 dan Busan International Film Festival ke-21. Film ini juga dinobatkan sebagai film Asia terbaik dan menyabet Golden Hanoman Award dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2016.

TAYANG DI BIOSKOP INDONESIA - Di Indonesia sendiri mulai tayang di 20 Kota Indonesia hari Kamis, 19 Januari 2017. Sudah ngebet pengen langsung nonton, tapi sayang, Kota Malang bukan salah satu dari 20 kota yg telah disebut. Paling deket di Surabaya dan Mojokerto. What!? Di Mojokerto ada, tapi di Malang malah gak ada!? Aneeh. Akhirnya aku dan temen-temen mention ke Cineplex biar film ini diputar di Malang.

Daaaan setelah menunggu sekitar 2 minggu, taraa!! Kamis, 2 Februari 2017 film ini hadir di Malang. Hari pertama tayang, 600 tiket yg tersedia sold out. Sayangnya hanya satu bioskop yg menayangkan film ini yaitu di Mandala 21 - Malang Plasa. Dan kemarin, hari Kamis, 9 Februari 2017 adalah hari terakhir Istirahatlah Kata-Kata hadir di Malang.

Kami memutuskan nonton hari Selasa, 7 Februari 2017. Sedikit menyebalkan ketika hari Minggu cek jadwal Istirahatlah Kata-Kata tayang jam 17.45 WIB dan 20.00 WIB. Senin cuma ada jam 20.00 WIB dengan harga tiket Rp 25.000,-. Well, kita sepakat ambil yg jam tayang 8 malam. Sampai di TKP, hari Selasa pas beli tiket, eeeh, jadwalnya cuma ada jam 17.45 WIB dan harga tiket naik jadi Rp 30.000,- 😨 langsung deh hubungi temen, untung aja semua bisa.

Di Malang juga sempet ada bedah film di Warung Kalimetro, tapi sayang aku ga bisa datang karena ada pengajian dirumah.


Film ini juga trending dengan hastag #menolaklupa dimana mereka (pembuat film) dan aktivis ingin membangkitkan ingatan kita pada kejadian tahun 1998-an, yg pada tahun itu aku masih berumur 5 tahun, belum tahu apa itu politik dan aku hanya ingat Presiden Soeharto turun.

Istri Wiji Thukul juga sempat nonton bareng (nobar) di salah satu bioskop di Solo. Sipon berharap tragedi kehilangan suaminya ataupun aktivis-aktivis lainnya pada tahun 1998 tidak akan terulang kembali. "Ini menjadi pelajaran berharga buat kita, yang bisa membuat kita terpecah belah. Semoga ini tidak terulang kembali. Jangan sampai kalian mengalami seperti yang kami alami, " kata dia di sela isak tangis.

REVIEW - Film ini berdurasi kurang lebih 1 jam 30 menit. Di menit-menit awal film ini, aku berasa ngantuk, efek gak tidur siang dan diawal film sedikit membingungkan. Tapi perlahan aku mulai paham dan pastinya gak ngantuk lagi. Aku saranin untuk kalian yg gak paham siapa Wiji Thukul itu, aku sarankan jangan telat masuk bioskop nya, biar gak bingung.

Jangan kayak Mbak-mbak disebelahku, bolak-balik tanya ke pacarnya 'loh trus itu gimana?' 'loh perempuan itu siapa sih?' Terus bolak-balik pegang hp, main hp, haduuuuhhh 😠😤 AKU INGETIN YA!! Buat kalian yg mungkin bosan / gak paham film apa aja yg kalian tonton, tolong menghargai orang lain, jangan main hp terus, silau cahayanya itu loh. Situ cerdas kan? Wong ya ada himbauan untuk tidak menggunakan hp 😒.

RATING - Aku beri nilai 4,5 dari 5.
Suka dengan kalimat Wiji Thukul :
Kemerdekaan itu adalah nasi, dimakan jadi tai.
Entahlah, pokoknya aku suka film model begini ini, tentang aktivis, pahlawan, sejarah dan sebagainya. Aku juga suka lagu yg judulnya Bunga dan Tembok, pulang nonton langsung download! Tapi agak susah cari lagu yg HQ, rata-rata size nya kecil jadi suaranya pecah. But, I got it! 😁Pokok kalau ada film model begini aku bakal nonton deh 😊

Sumber:
http://m.liputan6.com/showbiz/read/2832511/isak-tangis-istri-wiji-thukul-nonton-film-istirahatlah-kata-kata
http://www.rappler.com/indonesia/berita/159338-istirahatlah-kata-sipon-wiji-thukul


0 comments:

Post a Comment

Categories

Blog Archive

Instagram

Popular Posts

Viewers