25 September 2015

Haluu, Walkers! Beberapa hari yang lalu aku nonton film EVEREST nih, iyah itu tuh, salah satu film tentang pendakian ke gunung tertinggi sedunia. Sebenernya udah penasaran dari dulu-dulu pas tahu thriller-nya dan baru sempet nonton kemarin, hehe. Kali ini aku pengen review tentang 2 poin yang aku dapat dari film yg based on true story alias asli dari kisah nyata.


Film Everest . . . bla bla bla NONTON SENDIRI yaaah!! =D

1. Aku suka kalimat ini "Pada dasarnya setiap pendaki memiliki perselisihan dengan gunung ini" "Dan pemenangnya selalu menjadi milik gunung" Kalau kalian pernah dengar The power of love kali ini The Power of Nature. Alam punya kehendak mereka sendiri bro! Lu bisa apa!? Mau sombong? Apa yg lu sombongin? Lu itu kecil banget broo (hehe, lo gue end #loh) yang artinya (menurutku) saat kita menghampiri alam, bersikaplah sopan kepadanya, tunduk dan sadar diri serta selalu waspada akan tanda yg mereka berikan.

2. NO EGO! DON'T THINGKING ABOUT YOURSELF!
Memang pendakian itu menghabiskan waktu, tenaga serta biaya, tapi kita juga 'gak' perlu memaksakan diri, kita harus tetap menjaga diri untuk kembali pulang dengan selamat. Kalo kalian kenapa-kenapa pasti orang lain juga yg sedih, misal orang-orang yg menyayangi kalian (dalam film ini : istri Rob, pemeran utama). Aku jadi inget dulu saat aku on the way ke Mahameru, ada 3 temanku yg tak sampai puncak. 1] Silvi, karena dia merasa benar-benar 'gak' kuat saat perjalanan, 2] Gepeng, karena tiba-tiba ditengah perjalanan perutnya sakit luar biasa hingga harus kembali turun, 3] Temannya Gepeng, karena mereka datang berdua dari Jepara, sebagai solidaritas dia menemani Gepeng turun ke bawah.

Lalu Gepeng berkata "Ke gunung itu sudah panggilan alam, kalau belum dipanggil, nggak bakal bisa deh, kayak orang Haji gitu" That's right, everything ATAS IJIN ALLAH.



So, keep brave, patient and focus. Don't forget, the point is go back to your house in good condition so your Mama will allowed you to explore the nature again!

Hai Walkers!
Aku pilih Navaa karena masukan dari temen, katanya bagus, harga terjangkau untuk mahasiswa, gak bikin ketergantungan, dll, 6 temen sekelasku pada kesini juga. Well, seperti kebanyakan perempuan lainnya yang pingin cantik, haha, akhirnya aku coba kesana.

Pertama kali datang:
Ambil nomor antrian  → ke CS  → isi form + dikasih kartu member seperti kartu nama  → nunggu dipanggil  → wajib konsultasi dokter (akan dipilihkan dokternya jenis cream dan facial apa. Kalau sudah member bisa langsung pilih facial sendiri) → nunggu lagi  → dipanggil ke Kasir (bayar totalan dulu) → nunggu lagi  → baru di panggil Mbak therapist  → Facial → selesai.


Totalnya kurang lebih Rp 150.000,- dapat Toner, Facial wash, Cream day & night (wajah), Cream day & night (leher), Cream mata dan Cream anti iritasi, pokoknya lengkap deh. Sampai rumah sesuai dengan petunjuk, aku memakai cream tersebut, Alhamdulillah menunjukkan kemajuan ditambah dengan facial yg aku lakukan. Ya memang ga murah, apalgi wajahku yg berjerawat. Well, wajahku mulus bersih tanpa jerawat. Im so happy!

Sekitar 6 bulanan aku memakai produk Navaa rutin dan komplit gak pernah ketinggalan satu pun. Sampai akhirnya di akhir bulan ke-7 pemakaian, aku travelling ke Jogja. Aku bawa dong sepaket itu untuk perawatan disana, ya mungkin karena capek yah, selama 4 hari di Jogja aku cuma sekali pakai cream malam, terus wajahku mulai muncul bintik-bintik merah kecil seperti ruam gitu.

Sampai di Malang, aku konsul ke Navaa, dan kata dokternya disuruh rutin pakai cream malamnya. Aku patuhin kan, rutin pakai cream malam, ilang deh bintik-bintik merahnya.

Nah, disini aku mulai bertanya-tanya, katanya menggunakan bahan alami, tapi kok di aku kayak ketergantungan gitu. Oke deh aku mulai tester. Aku jarang pakai cream malam, dan alhasil bintik merah muncul lagi. Pakai cream malam, bintiknya ilang. Pas gak pakai, muncul lagi. Aku gak nyaman seperti ini, akhirnya aku cerita ke temenku yg kerja di salon. Dia menyarankan untuk tidak lagi memakai Navaa lagi, takutnya lebih parah karena wajahku sudah muncul bintik merah.

Okeh, aku mulai meninggalkan Navaa. Daaaaan kurang lebih seminggu.. tadaaaaa.... Semua jerawat pada muncul semuanya!! Kayak bom waktu yg meledak saat itu. Beuuhh, padahal dulu gak pernah seperti ini =( . Aku coba searching Google, aku juga menemukan nasib yg sama sepertiku, pakai Navaa diawal bagus, tapi akhirnya muncul bintik merah dan sedikit rambut halus yg tumbuh di pipi.

Review Navaa Green lainnya yg sudah aku baca:
1. Kutipan AMELBROWN blog klik disini

2. Kutipan HELLUVABUTLR blog  klik disini

Aku mulai berpikir aku gak cocok pakai Navaa. Aku bener-bener yakin berhenti dan mulai treatment alami untuk wajahku yg lagi jerawatan parah. Akhirnya aku pakai buah & sayuran untuk merawat wajahku, aku buat masker dan juice.

Dua bulan kemudian, alhamdulillah wajahku balik normal seperti dulu, malah sekarang jarang jerawatan karena treatment alami dari buah & sayur. Aku juga kembali ke pelembab wajah yg dulu, yaitu Wardah Sunscreen. Untuk bedak sekarang aku pakai bedak tabur merk Venus / Marck's (kakak adik ya, se-perusahaan Kimia Farma), soalnya ringan dan nyaman aja pakainya =D

Oh iya, untuk temanku yg sudah di Navaa terlebih dahulu sampai sekarang tetap di Navaa, ya namanya juga kosmetik, pasti COCOK-COCOKAN yaa.. Gak ada niatan untuk nge-judge kalau Navaa itu buruk, karena buktinya temenku gak kenapa2 dan wajahnya mulus kinclong gitu. Sejak kejadian itu aku lebih pilih yg natural alias alami aja deh, sesedikit mungkin menggunakan bahan kimia untuk tubuh. Naaah, sekian review ku, semoga bermanfaat yah =)

=====
Ini ada pengalaman facial di Naavagreen, Larissa dan Natasha bisa kalian baca disini .

.

Categories

Blog Archive

Instagram

Popular Posts

Viewers