Showing posts with label Mountain. Show all posts
Showing posts with label Mountain. Show all posts

07 November 2017

Welcome November! What is connecting with November? Scorpio, November rain, Heroes day and what? Oh never mind.


Halaaauu Walkers! Kali ini aku mau share cerita perjalanan ke salah satu tempat yang hanya ada dua di dunia! Seperti judulnya, aku baru aja travelling ke KAWAH IJEN, BANYUWANGI.


Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.443 mdpl - Wikipedia.

Selain menjadi tambang belerang, Kawah Ijen ini terkenal dengan fenomena Blue Fire yang merupakan keajaiban dunia. Fenomena api biru ini terbentuk akibat gas belerang bersuhu tinggi bertemu dengan oksigen. Bayangin cuy, Indonesia punya tempat sekeren ini. Bangga gak sih?


Oh ya, terima kasih sebelumnya kepada Dishub Banyuwangi yang telah mensponsori trip kali ini alias menyediakan trip gratis.


TICKET
Tiket masuk Kawah Ijen ini murah banget, cukup bayar Rp 5.000,-/orang. Parkir motor Rp 5.000,- dan mobil Rp 10.000,-. Hayo, kurang murah apa lagi?



STORY
Aku naik bis Patas Surabaya - Banyuwangi jam 15.10 WIB, sampai di Jember sekitar jam 20.17 WIB terus aku di oper bis sampai dua kali. Dan akhirnya sampai di Terminal Brawijaya (Karangete) jam 00.38 dini hari. Telat 38 menit dari jam yang dijadwalkan =_= Pelajaranku adalah jangan percaya omongan bis Patas! Share cost dan tips naik bis cepat bisa kalian baca disini.

Selain sama Abang, ada Mbak Mala yang jauh-jauh dari Jogja ikut trip Kawah Ijen ini. Dua orang lainnya cancel dan satu blacklist. Sampai di kawasan Ijen sekitar jam 02.10 WIB
Jalan menuju puncaknya asoy ciiind. Aku gak bayangin kalau ternyata jalannya itu nanjak terus. Perjalanan dari loket sampai ke kawah kurang lebih 2 jam. Udah nanjaaaak... sampai puncak harus turuuuuun ke kawah. Udah lelah perjalanan, ditambah mulai lapar, masih juga ada insiden kepleset pasir, haha. Sebel sih, tapi ya lucu juga 😂😂😂

Taraaaaaa...! Ini dia Blue Fire Kawah Ijen, Banyuwangi.






Sempet ngobrol juga dengan Bapak penambang belerang. Beliau hampir setiap hari naik turun Kawah Ijen demi mencukupi kebutuhan keluarga. Tak tanggung-tanggung, Beliau 3-4 kali ke kawah mengambil belerang seberat ±70kg. Bayangin cuy! Bawa beban 70kg dari kawah ke puncak. Ketika ditanya, 'Per kilo nya berapa Pak?' Beliau hanya tersenyum dan menjawab, 'Ya pokoknya cukup untuk keluarga saya.'


Oh ya, setelah baca berita ternyata keberangkatanku ke Kawah Ijen hanya selang satu hari dengan mantan Gubernur Jakarta, Bapak Djarot. Link berita klik disini. Wah, harusnya bisa barengan ya Pak, hehe.

Setelah turun dari Kawah Ijen, kita langsung menuju salah satu resto di Banyuwangi untuk makan Rujak Soto. Yeey, Rujak soto!


Sebelum kembali ke Terminal Brawijaya, sebenarnya kita masih punya trip makan Nasi Lemang, ke Air Terjun Jagir Kampunanyar dan makan nasi pecel Petek. Tapi ke air terjun ini juga ada jalan kakinya, karena sudah capek akhirnya skip aja. Mau makan Nasi Lemang atau Nasi Pecel Petek, Pak Sopir juga gak tau tempatnya. Terus Pak Sopirnya juga kayak pingin cepet-cepet balik, kayak keburu-buru gitu loh. Hmm...


HOMESTAY
Sampai di terminal, Mbak Mala langsung sewa Grab ke SMA Negeri 1 Giri, ke tempat temennya. Sedangkan aku sama Abang langsung cari homestay sekitar terminal karena besoknya mau lanjut trip ke Pulau Merah.


Aku menginap di Cevilla Bed and Breakfast. Deket banget sama terminal, sekitar 15 menit jalan kaki. Ibunya juga ramah banget. Udah mirip rumah sendiri deh. Kamarnya bersih dan wangi. Harga per kamar Rp 130.000,-. Mau booking? Bisa via website Booking.com loh.


Sekitar jam 4 sore ada telepon dari pihak Dishub bilang kalau trip ke Pulau Merah harus diganti trip ke Bangsring Underwater karena bis nya lagi rusak. Haduuh, aku ini paling gak suka yang namanya basah-basah atau mandi di pantai apalagi harus berenang bareng hiu. Yaaa sudahlah lebih baik pulang.


VIDEO
Jangan lupa subscribe, like and comment! 😘


Well, this is my honest review. Aku tulis semua yang aku rasakan #ciyee selama mengikuti trip Kawah Ijen. So, thank you Dishub Banyuwangi.


23 October 2017

Halaaauuuu Walkers! Setelah mengulas perjalanan dari Ranu Kumbolo (baca disini), aku akan bercerita sedikit tentang Ranu Pani. Nama Desa sekaligus nama danau yang satu kawasan dengan Ranu Kumbolo.


Cuit cuiiit, cantikkan danau nya? Aku sendiri pun tercengang dengan keindahannya.

Loh kok bisa tercengang?

Loh kok bisa pangling sama Ranu Pani?

Padahal kan udah 3X ke Ranu Kumbolo.

Sebelum memiliki paras bersih nan ayu ini, Ranu Pani dipenuhi oleh tumbuhan air kiambang atau Salvinia molesta dan sejenis eceng gondok lainnya.

Pertama kali kesini tahun 2014, hampir seluruh danau tertutup tumbuhan air. Hanya 1-2 pendaki atau bahkan tak ada yang melirik Ranu Pani. Aku sendiri pun dulunya hanya 'Oh ini Ranu Pani' tapi sekarang, setiap pendaki yang ke Ranu Kumbolo atau Mahameru, pasti menyempatkan diri untuk menikmati indahnya Ranu Pani dari Basecamp.

Ini semua berkat para Saver, relawan, penggiat alam, instansi terkait dan warga sekitar yang sadar akan eksistensi danau tersebut. Mereka mengupayakan agar Ranu Pani tetap asri dan bisa digunakan sebagai mana mestinya.

Pengen view kayak gini? Dateng dong kesini 😉

So, enjoy the view. Take nothing but pictures. Leave nothing but foot print. Kill nothing but time.

Thank you ~


22 October 2017

Halaaau Walkers! Welcome back to my blog 😘 Seperti judulnya, kemarin aku habis ke Ranu Kumbolo. Pasti pada tau dong pesona eksotika danau di ketinggian 2400mdpl ini?

Senja di Ranu Kumbolo

Tepatnya 17-18 Oktober 2017 aku menyempatkan diri untuk mbolang ke Ranu Kumbolo. Misi kali ini adalah menemani adiknya si Kemprot, Amel namanya, yang ngebet banget kesini. Amel mengajak tiga temannya yaitu Dilla, Fitri dan Putri. Juga ada Erwin, Doni, dan Dikun.



TIKET
Harga tiket Rp 17.500,-/hari dengan rincian Rp 15.000,- untuk tiket dan Rp 2.500,- untuk asuransi. Tiket masuk Ranu Kumbolo atau Semeru dihitungnya per hari ya. Jadi kalau 3 hari, ya Rp 17.500 X 3 hari.



PERJALANAN
Meski membawa mereka yang jarang mendaki, dengan durasi waktu 4 jam, perjalanan kami bisa dibilang cepat. Padahal targetku sekitar 5 jam perjalanan, soalnya aku sendiri sudah lamaaaaa gak jalan, haha. Jalurnya 95% masih sama seperti dulu, hanya beberapa titik yang berbeda, seperti ada jembatan baru dan ada titik dimana kita melewati batu besar.

Narsis dulu di Sabana Ranu Kumbolo

Selama perjalanan memang selalu akrab dengan kabut. Ngikut aja terus. Kadang juga membawa sepercik air untuk menyegarkan jiwa-jiwa yang mulai lelah.



DAFTAR ONLINE
Per 1 Oktober 2017 pihak TNBTS memberlakukan wajib daftar online untuk pendaki yang ingin ke Ranu Kumbolo maupun Semeru. Yaa, memang sedikit ribet sih, apalagi kalau mereka adalah pendaki lawas.

Ada poin penting :
1. Transfer menggunakan Bank BNI. Usahakan setor tunai agar memudahkan saat registrasi ulang.

2. Daftar online maksimal 7 hari sebelum tanggal keberangkatan. Aku berangkat tanggal 17 Oktober, jadi aku daftarnya maksimal tanggal 10 Oktober.

3. Satu kelompok minimal 3 orang, yang terdiri 1 ketua dan 2 anggota. WAJIB! Soalnya kemarin temenku cuma 2 oran gak bisa di submit, jadi terpaksa memasukkan 1 orang tambahan, yang otomatis menambah jumlah uang yang harus dibayar untuk registrasi.

4. Jangan lupa print file yang dikirimkan di email. Jangan lupa dibawa saat ke Ranu Kumbolo ya.



LARANGAN TISU BASAH
Pihak TNBTS juga melarang adanya tisu basah dalam barang bawaan pendaki. Karena tisu basah terbuat dari bahan sintetis yang lebih lama hancur dari pada tisu biasa. Jadi penggantinya bisa dengan tisu biasa yang dibasahi dengan air.


WC RANU KUMBOLO
Biasanya kalau buang air kecil, aku selalu cari semak-semak gitu. Tapi pas ini hari sudah siang dan banyak orang yang berkeliaran. Jadilah ke WC ini. Pertama kalinya masuk di WC portable ini, dan baunya..... Astaga dragoooon, lebih menyeramkan daripada turunan terjal!! Harus tahan napas selama yang kamu bisa. Dalamnya juga termasuk kotor, banyak pendaki kurang ajar yang meninggalkan botol di dalam WC.


CERITA IYUH
Lagi sebel dan ilfeel aja sama kru akun instagram di Malang. Mereka pakai kaos hitam bertuliskan nama akun mereka di dada. Sebelnya kenapa? Mereka teriak-teriak saat ngobrol dengan saver Ranu Kumbolo. Sepertinya mereka sudah saling mengenal, mungkin karena kru ini sering kesini.

Kru : Eh pak tadi pagi aku masak ikan teri, ayam, bla bla... (dengan suara yang lumayan keras)
Saver : Mana mbak, masak gak dibagi? (nadanya biasa aja)
Kru : Yee, udah habis dong. (suaranya tetep keras)
dan seterusnya.

Kenapa sih? Biar dikira 'oooh kenalannya Saver' gitu? Mana suaranya cempreng. Kok sok iyes, sok asik banget 👎

Gak perlu seperti itu lah, berbicara dengan nada biasa kan bisa. Gak perlu nunjukin kalau kalian udah kenal sama saver situ. Dulu golongannya kami, Keluarga Minus, kenal sama Pak Pinot. Kita biasa aja tuh. Pak Pinot adalah salah satu saver senior kawasan Semeru, terakhir aku melihat namanya tertulis di pengumuman saat Beliau bekerja mengevakuasi seorang remaja yang meninggal tertimpa batu saat summit attack. Namun seiring bergantinya manajemen Pak Pinot memutuskan pensiun menjadi saver.


Well, it's time to pictures!

Pagi 18 Oktober di Ranu Kumbolo


Ini dia, foto yang aku idam-idamkan. Tiga kali ke Ranu Kumbolo, baru kali ini punya foto di depan pos 4.

Wayangnya mulai beraksi 😁

Sudah terlanjur cinta sama Eiger Talus 45L

Ekspresi gabut nunggu hujan reda.

Meski mereka semua belum bisa ke Ranu Kumbolo, se'enggaknya aku bawa foto mereka kesini.

Meski sempat hujan di pagi hari, aku gak nyesel deh, karena aku dapet PELANGI. Setelah sarapan, tiba-tiba kabut datang membawa ribuan tetes air syahdu. Tak lama kemudian, muncullah 7 warna indah itu 😘  Kelihatan gak?


Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat 😊 



VIDEO
Jangan lupa subscribe, like dan comment ya!




ranu kumbolo , ranu regulo , ranu pane , lumajang , wisata malang , tnbts , daftar semeru, daftar online semeru , mahameru , puncak semeru

14 October 2017


Jadi ini aku copy paste artikel dari instagram @mountnesia dengan tujuan memudahkan kalian mendapatkan informasi Jalur Pendakian ke Gunung Prau dari blog ku.

Kalian punya iG? Jangan lupa di follow ya karena @mountnesia adalah salah satu akun instagram yang memberikan informasi tentang gunung di Indonesia. Tidak hanya itu, kalian bisa Cari Barengan untuk mendaki melalui akun ini loh.


Well, langsung aja ini dia penjelasannya :

Ada 8 jalur pendakian, 6 untuk umum dan 2 masih digunakan untuk konservasi. Berikut sedikit ulasan 6 jalur pendakian Gunung Prau yang digunakan untuk umum, diringkas dari berbagai sumber.


1. Gunung Prau via Jalur Patak Banteng
Jalur favorit pendaki, karena jarak tempuhnya pendek sekitar 1,5 sampai 3 jam pendakian, lokasinya juga berada di tepi jalan raya. Kalau kamu mau mendaki melalui jalur ini jangan weekend atau hari libur, akan sangat ramai bahkan harus antri.


2. Gunung Prau via Jalur Dieng Wetan
Termasuk jalur pendakian favorit karena dekat dengan obyek wisata dieng, lokasi base camp berdekatan dengan penginapan Bu Djjono. Dengan jalur yang cukup landai dan tidak terlalu terjal, waktu pendakian agak lama, bisa 3 - 4 jam. Kalian bisa baca cerita ku tentang jalur ini klik disini.


3. Gunung Prau via Dieng Kulon
Jalurnya ada di dekat dengan Candi Dwarawati. Kalau mau menuju basecamp ini, cara paling mudah yaitu dengan mencari lokasi tujuan wisata Candi Dwarawati. Lama pendakian sekitar 4 - 5 jam.


4. Gunung Prau via Jalur Kali Lembu
Jalur Pendakian ini nantinya bertemu dengan jalur Pendakian dari Dieng Kulon dan Dieng Wetan. Rutenya lebih landai daripada jalur Patak Banteng. Basecamp ini ada di Desa Kalilembu, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Lama pendakian 2 - 3 jam.

5. Gunung Prau via Jalur Wates
Jalur pendakian yang lumayan landai dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Lokasinya berada di Desa Wates, Kecamatan Wonoboyo, Kabupaten Temanggung


6. Gunung Prau via Jalur Campurejo
Berada di Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. Jalur ini masih jarang diketahui karena masih baru. Mungkin akan sulit menemukan lokasinya. Kamu bisa hubungi 086726495918.

29 July 2017

Ini edisi dolen sama Bos Geng (part 2)
Meskipun rencana awal ke Gunung Lawu, terus berubah ke Gunung Welirang, dan akhirnya sampailah kami di Penanggungan 🙌 yeeee!! Soalnya gak ada yg bantuin nyupir nih Walkers. Jadi yg deket aja deh.


Pokoknya dibawa asik aja lah sekalian reuni 4 tahun yg lalu, gunung pertam yg berhasil aku singgahi (ciyeeeh). Intinya, PIKNIK BIAR GAK PANIK 😝 Ayok kenalan dulu, itu paling kiri ada Abang, Diah, Saya, Item, Bapak dan Sanggar. Ada satu lagi namanya Mas Sulung tapi gak ikut foto.


Nah, si Diah nih, gue (alaaaahh gue? 😂) demen banget ngajakin temen model begini ke gunung. Capek ya berenti, kuat lanjut lagi. Gak rewel pokoknya. Next RaKum ya? hehe.


Baru pertama ini 2 gunung dalam seminggu. Gunungnya juga bisa dibilang santai lah. Capek sih enggak, cuma cidera aja gara2 kepleset =_= (penyakit). Gak bayangin para tetua dulu, tas keril belom bagus2 amat, summit 3S 😲 boyok oh boyok.


Noh, puncaknya disono noh. Mirip bukit di Merbabu jalur Selo ya?

sunrise nih..

Oh ya, Penanggungan di 2013 sama 2017 uda beda banget ya Gengs. Tata letaknya lo ya, kalau jalurnya ya sama, tetep nyakitin dibeberapa titik. Total ada 4 pos termasuk Pos Perijinan. Sekarang banyak warung dimana-mana termasuk Pos 2, bahkan di Puncak Bayangan pun ada (pas rame aja). Harga makanan dan minuman yg dijual masih standart kok, Es Teh Jumbo 5ribu dan Soto 10ribu.

Sekian sekilas info, semoga bermanfaat.


10 July 2017


Hiii, Walkers! Do you remember these guys!? Haha, benar, mereka yg dulu di Ranu Kumbolo masak nasi tapi gosong. They are Andi, Lukman, Ihya, and now, we meet again! #tsaah 🙌


Perjalanan ini menepati janji kami, Keluarga Minus, untuk 'sowan' (baca : silahturahmi, mampir) ke rumah mereka di Pekalongan, tepatnya di Dukuh Plumbon, Desa Winduaji. Saya kira rumahnya dekat, ternyata, wow, seperti lagu ''...mendaki gunung, lewati lembah...'' Pantas saja mereka memilih bermalam di stasiun demi menjemput kami, daripada harus menempuh 1 jam 30 menit saat dini hari.

Sampai dirumah, kami disambut hangat oleh Ibunda Mas Andi dan Lukman. Langsung dibuatkan teh hangat beserta camilan pengganjal perut. Belum sempat saya minum teh, eh, datanglah beberapa piring penuh lauk pauk untuk makan siang.


Setelah makan dan istirahat, kami mulai prepare persiapan Gunung Prau. Mulai jaket, Sleeping bag, tenda, logistik serta perlengkapan penunjang lainnya sudah masuk di tiap tas carrier kami. Tidak lupa mampir Alfamart sebagai syarat 😁 PS : Kali ini saya tidak membawa carrier saudara. Saya hanya membawa Daypack Eiger Andesite 01 kapasitas 30L (baca disini).

Ada bebera jalur untuk menuju Gunung Prau, yaitu Patak Banteng, Kali Lembu, Dwarawati dan Dieng. Kata Sang Tuan Rumah, jalur Dieng lah yg paling santai. Saya mah 'manut' (baca : patuh), hayuk aja.


Setelah registrasi di Pos Perijinan Dieng, kami memulai perjalanan pukul 19.30 WIB. Sedikit ragu sih, saya sudah lama tidak mendaki di malam hari. Semoga saja mata ini masih tajam, setajam silet 😂 Berawal dari Bismillahirohmanirrohim.. Lets start! 


Tiket Gunung Prau
Tiket masuknya bisa dibilang ramah di kocek, cukup mengeluarkan Rp 10.000/hari untuk wisatawan lokal.


Peta Jalur Dieng

Jalur Dieng ini memiliki 3 pos, yaitu :
Pos 1 - Gemekan
Bukan ini sih pos nya, tapi anggap saja yg ini ya Walkers. Pas perjalanan turun gak ada yg ingetin foto di pos 1, saya juga main nlonyor aja 😢

Pos 2 - Semendung

Pos 3 - Nganjir
Maapkan, itu ekspresi wajah saya najong banget, bikin sawan. Makanya saya kasih sticker 😄

Jalur Dieng, saya memberikan 💗💗💗💗💗 5 lophe-lophe. Jalurnya gak nanjak banget, santai lah pokoknya ditambah dengan view yg indah disetiap sisi. Cocok untuk pemula yg ingin mendaki gunung.

Pukul 22.30 WIB kami sampai di Camp Area, mendirikan tenda, lalu membuat kopi. Tapi yg bikin kopi malah ngacir ke pulau kapuk. Padahal sudah disiapkan tiga cangkir kopi, nah yg masih on cuma Kemprot dan Ihya. Saya sendiri mau tak mau harus absen menikmati hangatnya kopi karena ada 'tamu' di tengah perjalanan. My God! 😥

3 jam perjalanan yg kami tempuh ini sungguh santai asoy geboy. Kami banyak beristirahat entah untuk melepas lelah, sebat, atau sekedar menikmati siluet Sindoro Sumbing yg gagah. Hal ini yg bikin saya lebih kedinginan. Kalau mereka berhenti, mereka bisa sebat, nah saya? Sebat juga sih, tapi sebatang kara, haha, #alay.

Saat kita berhenti bergerak, suhu tubuh mulai menurun. Hal ini menyebabkan tubuh terasa lebih dingin dan malas untuk bergerak. SARAN SAYA : berhenti secukupnya 👯

Saya trauma waktu di Jambangan, Semeru, saya berhenti lama, hingga tak sadar saya tertidur sekitar 5-10 menit. Entah saya salah posisi, salah tumpuan, atau apa ya, ketika saya bangun, lutut kiri saya sakitnya minta ampun. Sejak saat itu, saya hampir gak pernah berhenti saat berjalan kecuali mereka yg minta berhenti, hehe.

Jam menunjukkan pukul 23.45 WIB, saya masuk tenda, sudah ngantuk. Jam 03.00 WIB saya terbangun, mencoba melongok ke luar tenda. Allahu akbar! Sindoro Sumbing terlihat gagah bersama sinar bulan dan ribuan bintang yg menemani. Jangan tanya bagaimana dinginnya, karena ini DINGIN BANGET!. Niat saya menciut untuk keluar dari tenda, 'nanti aja pas sunrise' batin saya. Jangankan keluar tenda, buka resleting tenda saja tangan saya gemetar karena saking dinginnya.

Jam 05.15 WIB saya bangun lagi, mencoba melihat pemandangan dari luar tenda. Garis vertikal berwarna orens pekat tampak indah mengitari sisi-sisi Sindoro Sumbing. Saya membangunkan Abang dan Kemprot, alih-alih keluar tenda, mereka hanya sedikit mengintip lalu tidur lagi. Hawa dingin mengurungkan niat saya untuk beranjak. Sungguh, ini suhu paling dingin yg pernah saya rasakan!

Time for pictures!





Abang - Saya - Kemprot - Ihya - Anis - Lukman - Slamet - Dayat - Kiki - Mas Andi
Keluarga Minus
Lihat mereka itu macam lihat Store Eiger berjalan 😁
Aah, gak rugi jauh-jauh dari Malang kesini! Saya sempat meneteskan air mata, tapi malu sama mereka 😭 Bagaimana tidak, saya bisa melihat 7 gunung dalam sekali pandang! Gunung Sindoro - Sumbing - Merapi - Merbabu - Telomoyo - Lawu - Arjuno. Allahu akbar...

And the best picture of this trip is...



Terima kasih Cluwus Adventure Team..
Terima kasih Gunung Prau..

Mau tau behind the scene nya? baca disini 
baca disini untuk Kuliner khas Pekalongan

Video Perjalanan ke Gunung Prau via Dieng


gunung prau via dieng , gunung prau , dieng , wonosobo , pegunungan dieng , sunrise gunung prau , explore dieng , wisata dieng , jalur gunung dieng , jalur patak banteng , jalur kali lembu , jalur dwarawati , peta gunung prau , kontak person gunung prau , nomor telepon gunung prau

Categories

Blog Archive

Instagram

Popular Posts

Viewers