22 July 2016

Haiiii, I am back with story from Buthak (in full version)! haha..
Alhamdulillah wa syukurillah, akhirnya lunas sudah hutang Puncak Gunung Buthak (Palska) 2868mdpl setelah sebelumnya sempet gagal karena dihadang cuaca yg tidak bersahabat. Gunung ini terletak di wilayah Ngadirenggo, Wlingi, Blitar. Gunung ini meiliki beberapa jalur, salah satunya bisa ditempuh melalui jalur Gunung Panderman, Batu.

Aku nggak cuma berdua sama Abang, kami ajak Kemprot beserta ketiga temannya, Oki, Diki, sama satunya lupa. Lengkap sudah 6 personil, kami langsung merapat ke Soto Ayam untuk sarapan. Lanjut ke Loket perijinan Rp 7.000,-/orang dan parkir Rp 5.000,-/hari atau Rp 10.000,- (lebih dari 24 jam)

Start jam 08.15 WIB dengan Al-Fathihah kami memantapkan langkah. Pendakian kali ini aku kebagian carrier kecil sekitar 25L atau 35L kalau ga salah. Jadi gini, Oki bawa carrier kecil, sedangkan aku bawa Talus 45L ku, gak banyak sih isinya, nah karna para pria lain udah bawa tas gedhe, akhirnya tuker deh, emansipasi wanita katanya.

Kalian tauuuuuu.... Jalurnya emang awesome banget! Kami melewati hutan, menerjang rerumputan yg tingginya sampai kepalaku, melompati pohon tumbang (ada satu yg gede banget dan jalannya turun, sampai aku gelimpangan lewatnya, haha). Sekali landai jalannya landaaaaiiii banget, sekali nanjak, MasyaAllah nanjaaaak terus mentok dah. Berbagai vegetasi hutan kami lihat disini, ada pohon yg super gede, aneka ragam lumut, jenis bunga, sampai tumbuhan 'Ciplukan' sejenis buah yg dapat di konsumsi.

Total 6 jam 30 menit kami tempuh, Alhamdulillah kami sampai di sabana Buthak, tepat pukul 14.45 WIB. Ini sudah termasuk 2 kali berhenti cukup lama karena hujan (pasang flysheet untuk berteduh), lainnya berhenti seperlunya untuk sekedar minum dan nyemil. Menurut blog yang sudah aku baca disini ada 5 pos, tapi aku nggak tau dimana letak pos-pos itu karena memang tidak terlihat. Aku taunya cuma pos 5, itu pun saat pulang, terpaku disebuah pohon besar dan tertutup dedaunan. Disini terdapat 2 sumber air, yg pertama ditengah perjalanan (kurang lebih 3 jam kami berjalan) dan yg kedua di sabana.

Keadaan di sabana sepi sekali hanya ada 1 rombongan dari Surabaya (6 orang) dan rombongan kami. Beuh, berasa rumah kita sendiri. Lega rasanya, kami langsung mendirikan tenda dekat sumber air dan makan. Jangan tanya gimana air disana, yg jelas dingiiiiiin banget, haha.

Besok pagi kami summit attack, memang ga ada rencana untuk dapat sunrise jadi kami berangkat jam 6 pagi, tapi ada satu kawan yg ga bisa summit karena cidera :(, Kemprot.

Track to summit nya icikiwir cuy, Ada dua jalur disini. Jalur pertama yg kami lewati mengikuti papan petunjuk arah, miring banget. Sampai aku berhenti dihadapan batu besar, bingung lewatnya gimana, tapi bukan aku kalo gak bisa lewatin, meski talah butuh waktu dan harus pose ABC biar bisa, wkwk. Dari sabana ke puncak butuh waktu 25 menit (normalnya 15 menit). Sampai di puncak kami bertemu dgn rombongan Surabaya, so gila lah kami bersama, foto sana sini, padahal belum kenal namun alam yg menyatukan kita. Puas berfoto ria, kami turun melewati jalur kedua menuju summit, sama-sama miring sih, tapi gak semiring yg pertama. Cuman jalur ini sedikit memutar.
ini kami dan rombongan Surabaya
Dilanjutkan sarapan pagi, packing lalu turun (11.20 WIB). Inilah perjalan yg bagiku menyakitkan. TURUN! Tau sendiri kan aku kurang ahli dalam hal turun gunung. Mungkin orang lain akan berkeluh tanjakan ini itu, tapi aku lebih takut untuk turun gunung melewati tanjakan yg nanjaaaak itu dan saat pulang jadi turunan yaaanng.. .. .. >_< Aku menyebutnya, TURUNAN PERIH.

Oiaa, disini pula pertama kali aku mengalami bibir pecah-pecah dan kering, padahal pas ke Semeru atau Arjuno (yg notabene lebih tinggi) bibir aman aja.

Pukul 15.35 WIB, Ya Rabbi Gusti Allah, Alhamdulillah kami sampai di loket, tuntas sudah perjalanan kami menyapa Gunung Buthak. Ke-dua belas kaki yang baru saja menuruninya TREMOR SEMUA, wkwk, tak apa, KAMI BAHAGIA. Kami berpisah kembali ke rumah masing-masing, nice to meet you, guys!

Hari itu, aku tutup dengan semangkuk Mie Ayam Wonogiri dan Es Kopyor kesukaan. Tentu saja Abang pilih yg porsi jumbo, haha.

Ada yg kalian tanyakan tentang Gunung Buthak? Bisa follow instagram ku @ICHII_HOLMESZ aku jawab se-ngerti-ku, hehe.. 

Sesuatu yg aku dapat:
1. Mungkin seharusnya aku pakai carrier besar juga, bukan masalah besar atau kecilnya, ini lebih ke perasaan entah rasa apa, kurang puas aja kalau bawa carrier segitu. Ya emang cowok pasti lebih berat, tapi nggak seharusnya juga aku bawa carrier sekecil itu. Pokonya pingin pake Talus aja deh.
2. Bila track perjalanan jauh, pastikan ada makanan berat, seperti roti di masing-masing carrier yg kalian bawa. Biar gak kelaparan ditengah jalan, wkwk.
3. Aku sadar kalo aku belom bisa kontrol emosi, huhu.

Mau lihat video ke Gunung Buthak? Click here Check This Out!

Rute:
Masuk Batu ikutin arah menuju Museum Angkut (bisa pakai google map / melihat papan penunjuk arah) >> Depan Museum Angkut belok kanan, lurus sampai ada pertigaan >> Belok kiri lurus aja, sampai ada tikungan, kamu masuk Gapura yg ada tulisan "Wisata Gunung Panderman" udah itu lurus aja. Loketnya jadi satu.
Ada Soto Ayam disebelah kiri Gapura dan Indomart disebelah kanan Gapura.

Cerita sebelumnya di Gunung Buthak Klik Disini

21 July 2016


Pernah kupandangi tubuh ini, aku bisa melihat beda tiga warna disini, belang. Aku memandang kedua tanganku. Ku belai dan ku rasa sendiri, kasar ya..

Aku pernah memandang bibir ini, meretak karena berpagut dgn perlakuan dinginmu. Bila ku tak perlahan, ini bisa berdarah.

Juga kaki ini, terpampang vena zaitun berkelok diatasnya, yg berarti aku terlalu keras padanya. Mendorongnya agar mampu berjalan kepadamu, meski terkadang itu sakit.

Ini ku lakukan hanya untukmu. Tak pernah aku menyalahkanmu sedikit pun atas sakitnya diriku. Apapun itu.

Kamu tak pernah ingkar akan janji manis ketika aku diatas gagahmu. Nafas terengah bersama keringat membasahi tubuh ini, perlahan tapi pasti kamu berikan nikmat tiada tara. Lalu air mata menetes saat mengetahui ini fana, dan harus meninggalkanmu saat aku telah berkorban segala.

Mungkin ini yg dinamakan cinta tak bersyarat. Cinta tanpa aku mengerti mengapa, apa, dan bagaimana aku bisa jatuh hati kepadamu, meski aku tahu bahwa senyummu meneduhkan jiwa-jiwa sepi selain aku. Tak mengapa, bersanding menikmati hangat sunrise mu itu sudah cukup bagiku.

Ini cinta pejalan kaki untukmu pemilik ketinggian.


17 July 2016


Hanya seorang pejalan kaki yg suka berjalan menyusuri arah jalan pulang..
Berteman pinggiran aspal berpaving, menata langkah.
Tersenyum kala keteduhan pohon mulai menyapa dengan hembusan angin sepoi nya..
Lalu berlari kecil menghindar dari debu lusuh yg tersapu..

Aku (pernah) punya mereka yg bersanding sejalan..
Mereka berkata panas dan lelah..
Atau mungkin diam seribu bahasa, acuh, seakan bayangan yg bisu..
Terkadang aku merasa resah akan mereka yg (mungkin) terpaksa menapak jejak bersamaku..
Entah apa yg ada dibenak mereka, aku juga tak tau..

Tapi pahamilah..
Ini cara untuk mensyukuri kesempurnaan ragaku..
Tak melulu berpacu dgn mesin beroda itu..

15 July 2016


Kulit wajah terasa panas seperti terbakar, merah merona dan akhirnya hitam serta mengelupas biasa dialami setelah mendaki gunung. Efek ini banyak diderita baik oleh laki-laki maupun wanita tapi kebanyakan yang lebih sensitif untuk persoalan ini adalah para wanita.

Perubahan suhu dan cuaca yang drastis serta terjadi secara tiba-tiba memang dapat membuat kerusakan pada kulit. Hal ini kita alami saat mendaki, dimana biasanya kita sudah nyaman dengan suhu dan cuaca di lingkungan kita tinggal, tiba-tiba berubah jadi sangat dingin, seketika berubah panas, atau terkadang seketika turun hujan. Berikut beberapa cara untuk mengurangi efek itu antara lain:

1. MEMBASUH MUKA DENGAN AIR HANGAT
Saat pendakian, hal ini bertujuan untuk menjaga agar kulit kita tidak terlalu kaget dengan suhu air yang sangat rendah namun akhirnya justru akan menjadikan muka panas. Dengan menggunakan air hangat suhu yang bisa diterima, kulit wajah akan lebih stabil.

2. HINDARI PENGGUNAAN MAKE-UP BERLEBIH
Setelah mencuci muka, cukup gunakan pelembab atau sunblock saja. Hindari penggunaan alas bedak, bedak atau peralatan make-up lainnya. Hal ini justru akan membuat pori-pori kulit tertutup dan akan membuatnya lebih mudah teriritasi.

3. JANGAN TERLALU SERING MENYENTUH WAJAH
Wajah merupakan salah satu bagian sensitif, tangan yang kotor / tidak steril dapat mengandung bakteri penyebab iritasi bila terlalu sering melakukan kontak dengan wajah.

4. SETELAH MENDAKI, JANGAN LANGSUNG BASUH MUKA DENGAN AIR DINGIN
Kulit membutuhkan waktu untuk beradaptasi pada perubahan suhu. Untuk itu setelah mendaki, biasakan hindari mencuci muka dengan air dingin. Kompres muka dengan handuk bersih yang dicelupkan di air hangat. Ini akan memberikan sensasi nyaman di kulit dan membuatnya terasa lebih dingin sesudahnya. Hindari pemakaian facial foam yang banyak mengandung bahan kimia.

5. OLESKAN BABY CREAM
Mengapa memilih baby cream? Baby cream dibuat untuk kulit bayi yang masih sensitif, tentu bahan yang digunakan juga tidak seperti pada kosmetik orang dewasa. Untuk itu akan lebih aman menggunakan baby cream.

6. JIKA SUDAH NORMAL, LAKUKAN FACIAL
Facial ini bertujuan untuk menyegarkan dan membersihkan kembali kulit wajah kita dari kotoran yang menempel dan tertimbun.

Karena tipe kulit masing-masing orang berbeda, mungkin beberapa orang memiliki cara perawatannya sendiri. Namun cara di atas dapat diaplikasikan bagi yang memiliki tipe kulit normal.

Sumber: Instagram @urban.hikers dan sedikit tambahan dari saya.

07 July 2016


Taqabbalallahu minna wa minkum, Ja'alanallahu Minal Aidzin Wal Faidzin.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437H, Mohon maaf lahir dan batin.

Halo, Walkers! Alhamdulillah ya, kita sudah sampai puncak kemenangan, setelah 30 hari berjuang melawan syaiton didalam diri, menahan hawa nafsu. Maapin Ichii ya kalau ada perlakuan kurang berkenan, ada salah kata, soalnya aku paham banget suka ceplas-ceplos kalo ngomong, lah daripada dipendem, terus diomongin dibelakang, kan mending diomongin langsung kan.

Gimana puasanya, lancar gak? Full gak? Hehe, kalo perempuan jelas ada hutang yah.. Buat para Abang ketjeh gimana nih? Masak juga ada yg bolong, wkwk..

Oiaa, skali-skali pajang deh foto pake kerudung, hihii.. Eh yg komen "loh kayak perempuan" , "eh kelihatan ceweknya loh" , hmm.. emang kalo pake biasa gak kayak cewek apa? haduuh, kasian banget aku ini..

Seperti halnya dalam pendakian, kau bersusah-susah, tertatih bahkan merangkak demi menggapai puncak. Pesona indah nan menawan mata menghapus segala lelah dan cucuran keringat, angin berhembus merasuk raga menyegarkan jiwa. Siapa yg tak senang? Siapa yg tak bangga bisa menjejakkan kaki dipuncak impian?

Semua itu hanyalah sesaat, paling lama 1 jam kau diatas sana, menikmati panorama alam yg disajikan Tuhan untukmu para penggila ketinggian. Saat itulah kau harus kembali turun dan pulang dengan segala pelajaran yg telah kau peroleh selama pendakian. Relakah kau meninggalkan titik yg indah itu?

Ya, benar, bulan penuh berkah itu telah berlalu. Bulan dimana segala amalan dilipat gandakan berpuluh, beratus atau bahkan beribu kali. Tidakkah kau rugi karena sebulan yg lalu ada yg kau tinggalkan? Tidakkah kau sedih kawan? Sudahkah kau mendapat pencerahan dari fajar 1 Syawal kemarin?

Barokallah puasa kita kemarin, semoga masih dipertemukan pada Ramadhan selanjutnya, Amin.

Be.te.we, yuk, mangga atuh yg mau silahturahmi ke rumah biar akrab. Rumahnya terbuka lebar, hehe. Dirumah lagi bikin gado-gado sama soto  nih. Yg mau ngajakin muncak bareng, monggo silahkan, pokok Abang pas libur ajah :-)

Categories

Blog Archive

Instagram

Popular Posts

Viewers