21 July 2016


Pernah kupandangi tubuh ini, aku bisa melihat beda tiga warna disini, belang. Aku memandang kedua tanganku. Ku belai dan ku rasa sendiri, kasar ya..

Aku pernah memandang bibir ini, meretak karena berpagut dgn perlakuan dinginmu. Bila ku tak perlahan, ini bisa berdarah.

Juga kaki ini, terpampang vena zaitun berkelok diatasnya, yg berarti aku terlalu keras padanya. Mendorongnya agar mampu berjalan kepadamu, meski terkadang itu sakit.

Ini ku lakukan hanya untukmu. Tak pernah aku menyalahkanmu sedikit pun atas sakitnya diriku. Apapun itu.

Kamu tak pernah ingkar akan janji manis ketika aku diatas gagahmu. Nafas terengah bersama keringat membasahi tubuh ini, perlahan tapi pasti kamu berikan nikmat tiada tara. Lalu air mata menetes saat mengetahui ini fana, dan harus meninggalkanmu saat aku telah berkorban segala.

Mungkin ini yg dinamakan cinta tak bersyarat. Cinta tanpa aku mengerti mengapa, apa, dan bagaimana aku bisa jatuh hati kepadamu, meski aku tahu bahwa senyummu meneduhkan jiwa-jiwa sepi selain aku. Tak mengapa, bersanding menikmati hangat sunrise mu itu sudah cukup bagiku.

Ini cinta pejalan kaki untukmu pemilik ketinggian.


0 comments:

Post a Comment

Categories

Blog Archive

Instagram

Popular Posts

Viewers