06 September 2019

Hai Walkers!
Alhamdulillah minggu kemarin aku baru saja melaksanakan acara Mitoni 7 bulan usia kehamilanku. Ya Allah, beneran masih susah percaya kalau jabang bayi yang ada dirahimku sudah beranjak 7 bulan :') 

Mitoni, Tingkeban, atau Tujuh bulanan merupakan suatu prosesi adat Jawa yang ditujukan pada wanita yang telah memasuki masa tujuh bulan kehamilan. Mitoni sendiri berasal dari kata “pitu” yang artinya adalah angka tujuh. Meskipun begitu, pitu juga dapat diartikan sebagai pitulungan yang artinya adalah pertolongan, dimana acara ini merupakan sebuah doa agar pertolongan datang pada si bunda yang sedang mengandung. Selain mohon doa akan kelancaran dalam bersalin, acara mitoni ini  juga disertai doa agar kelak si anak menjadi pribadi yang baik dan berbakti. ( sumber : klik disini )

Kalau sesuai dengan adat Jawa Kuno, prosesi Mitoni ini cukup panjang, kurang lebih seperti :
  1. Sungkeman : Calon ibu dan ayah melakukan sungkeman kepada kedua orangtua guna memohon doa restu untuk keselamatan dan kelancaran pesalinan.
  2. Siraman : Bertujuan untuk menyucikan secara lahir dan batin sang ibu dan calon bayi. Dengan balutan kain batik, sang ibu akan duduk dan disiram dengan air siraman yang telah ditaburi kembang setaman. Dipandu oleh seorang sesepuh atau orang yang bertugas memimpin jalannya prosesi ini, tujuh orang terpilih akan menyiram sang ibu menggunakan gayung dari batok kelapa. Prosesi siraman dimulai dari orang yang paling tua di keluarga, kemudian dilanjutkan dengan yang lainnya.
  3. Ngrogoh Cengkir : Cengkir berarti tunas kelapa, sebagai simbolisasi cikal bakal bayi yang akan menjadi manusia dewasa kelak. Cengkir berjumlah dua buah, diambil oleh sang ayah, untuk selanjutnya dilaksanakan ritual brobosan (meluncurkan)
  4. Brojolan atau Brobosan : Sang ayah akan meluncurkan dua cengkir dari balik kain yang dipakan sang ibu. Cengkir atau kelapa muda yang dipakai sebelumnya telah dilukis Dewi Kamaratih melambangkan bayi wanita jelita dan Dewa Kamajaya melambangkan bayi pria rupawan.
  5. Membelah cengkir : Kemudian, sang ayah membelah cengkir atau kelapa muda sebagai simbol untuk membukakan jalan si jabang bayi agar lahir pada jalannya.
  6. Pantes-pantesan : Dalam prosesi pantes-pantesan, sang ibu akan berganti busana atau memantas-mantas busana sebanyak tujuh kali. Nantinya, undangan akan serempak menjawab tidak pantas sampai busana ke-6. Barulah busana yang ke-7 akan dipakai ibu. Ini menjadi salah satu ritual unik dalam prosesi Mitoni.
  7. Angrem : Ibu dan ayah menirukan gaya ayam yang mengerami telur dan berkokok keras, sebagai lambang tanggung jawab calon ayah atas kehidupan dan kesejagtreraan sang calon bayi dan ibunya.
  8. Potong tumpeng : Sebagai ungkapan rasa syukur bahwa selamatan tujuh bulanan telah dilaksanakan dengan lancar.
  9. Pembagian Takir Pontang : Takir pontang adalah wadah untuk menyajikan makanan yang terbuat dari daun pohon pisang dan janur dan dibentuk menyerupai kapal. Bentuk takir pontang bermakna bahwa sang calon orangtua harus siap mengarungi bahtera rumah tangga layaknya kapal di lautan. Hidangan yang sudah diletakan pada takir pontang pun diberikan sebagai suguhan dan ucapan terima kasih dibagikan kepada para sesepuh yang menghadiri upacara.
  10. Jualan Dawet dan Rujak : Menghidangkan makanan kesukaan orang hamil berupa rujak yang dibuat dari tujuh macam buah-buahan segar. Orang yang mau menerima dawet atau rujak dari sang ibu, harus membayarnya dengan sejumlah uang sebagai syarat. ( sumber : klik disini )


Sepanjaaaaang itu saudara.... tapi karena keluargaku sudah mengikuti perkembangan zaman dan tidak terpaku dengan adat Jawa, jadi dirumah hanya mengadakan pengajian dan membagikan jajanan + nasi kotak.

Isi jajanan acara Mitoni, antara lain :



Wajib : Jenang procot, Pala pendhem (singkong, kacang, ketela), Pisang rebus dan Rujak gobet (rujak serut).
Tambahan : Kue lumpur dan Kelepon (ini sesuai selera ya, bisa ditambahkan atau tidak).

Nasi kotak acara Mitoni :


Nasi putih, Urap-urap sayur, Orem-orem tempe tahu, Rempeyek kacang, Rempeyek teri, dan Ayam bakar (sesuai selera).


DIRUMAH SUAMI - JEPARA
Dirumah suami juga diadakan acara Mitoni. Rangkaian acaranya adalah :
1. Doa-doa (pengajian)

2. Siraman
Karena disini masih ada sesepuh, acara siraman ini pun dihitung menurut perhitungan Jawa. Menurut perhitungan, acara siraman dilaksanakan tepat jam 4 sore dengan posisi menghadap sinar matahari. Aku menggunakan kain jarik yang dililitkan ke tubuh.

3. Ngrogoh Cengkir
Suami mengambil dua buah cengkir yang sudah digambari lakon pewayangan.

4. Brojolan
Disini sesepuh memberikan satu butir telur ayam kampung kepadaku, lalu diluncurkanlah telur ayam kampung dari dada dibiarkan jatuh. Katanya, kalau telur pecah maka bayi yang dikandung adalah perempuan. Sebaliknya, kalau telur tidak pecah maka bayi yang dikandung adalah laki-laki. Dan ternyata telurku tidak pecah, hehe.

5. Membagikan nasi dan jajanan
Kalau isian nasi hampir sama sih, cuma ditambah mie aja. Yang unik adalah tempat jajanan ini.


Bagiku, tujuan dari acara Mitoni ini adalah meminta keselamatan ibu dan jabang bayi saat melahirkan dengan bantuan doa saudara dan tetangga. Aku pun juga berdoa dan ikhtiar untuk menjaga pola hidup sehat, seperti makan asupan gizi seimbang dan olah raga ringan untuk ibu hamil. Bismillah, semoga lahiran lancar, gangsar dan tidak ada kendala, Aamiin.


0 comments:

Post a Comment

Categories

Blog Archive

Instagram

Popular Posts

Viewers